Metode Penelitian; PERANCANGAN ALAT PENYADAP KARET DI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN MODEL KANO
PERANCANGAN ALAT PENYADAP KARET DI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN MODEL KANO
Penulis: Rosmani Ginting, Ikhsan Siregar, Terang Ukur HS. Ginting
Karet adalah salah satu komoditas utama dari sektor perkebunan dan pertanian yang mempunyai peran penting. Komoditas ini menjadi sumber pendapatan daerah, pemasok bahan baku karet berperan dalam pertumbuhan sentra ekonomi di wilayah pengembangan karet. Karet merupakan komoditas ekspor yang memberikan kontribusi pada peningkatan devisa negara maka dari itu pengembang harus selalu melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan pertanian milik petani. Untuk menghasilkan karet berkualitas tinggi, maka sangat diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet.
Permasalahan yang ada pada sektor karet di Indonesia adalah rendahnya mutu karet. Meskipun produksi karet tinggi, namun pengembang belum bisa meningkatkan mutu karet. Rendahnya mutu karet berdampak pada harga karet yang rendah di pasar internasional. Posisi Indonesia sebagai produsen karet di dunia bik dalam volume dan kualitas tetap bisa diraih kembali dengan teknik budidaya dan pengolahannya.
Penyadapan merupakan kegiatan pokok pengusaha tanaman karet yang memiliki tujuan untuk membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Proses penyadapan memiliki aturan tertentu agar hasil produksi tinggi, menguntungkan serta berkesinambungan dengan memperhatikan faktor kesehatan tanaman, dan kebersihan karet agar memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan alat-alat yang bersentuhan dengan pekerjaan pengumpulan lateks. Kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran yang sukar dihilangkan karena dapat menyebabkan terjadinya prokoagulasidan lump.
Prokoagulasi merupakan gumpalan-gumpalan pada cairan getah hasil sadapan. Hal ini yang membuat karet yang diolah bukan menjadi jenis baku dan kualitasnya pun rendah. Pencegahan prakoagulasi dapan dilakukan secara manual, diantaranya dengan cara menjaga kebersihan alat penyadapan, tidak menggunakan air kotor saat mengencerkan lateks, penyadapan dilakukan dipagi hari, dan tidak menyadap pohon karet yang masih muda. Pencegahan lainnya adalah menggunakan zat antikoagulan.
Quality Function Deployment (QFD) merupakan mekanisme untuk menentukan kebutuhan konsumen dan menerjemahkan kebutuhan ke dalam karakteristik teknis, sehingga pengembang dapat mengerti dan melakukan perbaikan untuk mencapai tujuan. QFD membantu manajemen memperoleh keunggulan kompetitif produk atau jasa yang mampu meningkatkan kepuasaan konsumen, mampu menjamin informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen.
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perancangan alat penyadapan.
2. Memperbaiki teknik budidaya dan pengolahan.
3. Melakukan perancangan alat penyadap karet dengan bantuan QFD dan model Kano.
Untuk memenuhi tujuan diatas dengan menggunakan model QFD tim pengembang melakukan penyebaran kuesioner kepada 140 responden, dan terdapat 9 variabel dalam perancangan alat penyadap karet. Kuesioner tahap pertama yang disebarkan merupakan kuesioner terbuka dan diproleh beberapa modus yang menjadi pendukung atribut pertanyaan untuk kuesioner tertutup.
Kategori Kano dibuat berdasarkan tabel fungsional dan disfungsional Data pada tabel-tabel disesuaikan dengan ketentuan rekapitulasi KANO. Saat seluruh variabledinyatakan valid dan reliable. Hasil survey kuesioner model Kano diolah untuk ditentukan kategori setiap atributnya. Jumlah nilai masing-masing Kano dalam tiap atribut dihitung yang kemudian didapatkan kategori kano setiap atribut menggunakan Blauth’s formula. Setelah itu diperoleh jumlah/ nilai kategori kano tiap-tiap atribut keinginan konsumen terhadap responden.
Penentuan customer requirement dihasilkan dari penyebaran kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kategori CR dibagi menjadi attractive, one dimensional, ataupun must be. Penentuan tingkat kepentingan relative atribut ini memberikan presentase pada masing-masing atribut dengan skala prioritas. Dalam penentuan ini didapat dari kuesioner tertutup dengan skala likert. Selanjutnya mengidentifikasi hubungan atribut produk dengan dengan karakteristik teknik. Skor tertinggi menunjukan tingkat termudah bagi tim perancang untuk mengidentifikasi karakteristik teknik yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Besaran pada House of Quality (HOQ) diletakkan pada roof untuk mempermudah memeriksa setiap pasangan karakteristik teknik. Penentuan tingkat kesulitan mempunyai range 1-5 (bobot 1 paling mudah, bobot 5 sangat sulit). Besar nilai derajat kepentingan dengan menghitung total bobot masing-masing hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknik. Dasar perkiraan biaya adalah faktor tingkat kesulitan, semakin sulit karakteristik teknik semakin mahal alokasi biayanya. Namun dapat dilakukan pertimbangan dari perancang. Fase terakhir adalah perancangan detail alat penyadap karet berdasarkan antropometri. Hasil akhirnya merupakan rancangan lengkap dan spesifikasi produk untuk pembuatan.
Pembangunan HOQ pada perancangan alat penyadap karet diketahui kadar besi dan kekuatan kayu menjadi masalah. Kadar besi dan kekuatan kayu menjadi sesuatu yang yang sangat penting terhadap daya tahan dan kualitas alat penyadap.
Perancangan alat penyadapan karet dapat digunakan alternative bahan yang memiliki kualitas yang sama namun tingkat kesulitan murah. Hal itu juga berlaku pada pemilihan kayu untuk gagang alat penyadapan atau bahan untuk mata pisau dari alat penyadapan itu sendiri.
Referensi: ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/8135
Penulis: Rosmani Ginting, Ikhsan Siregar, Terang Ukur HS. Ginting
Karet adalah salah satu komoditas utama dari sektor perkebunan dan pertanian yang mempunyai peran penting. Komoditas ini menjadi sumber pendapatan daerah, pemasok bahan baku karet berperan dalam pertumbuhan sentra ekonomi di wilayah pengembangan karet. Karet merupakan komoditas ekspor yang memberikan kontribusi pada peningkatan devisa negara maka dari itu pengembang harus selalu melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan pertanian milik petani. Untuk menghasilkan karet berkualitas tinggi, maka sangat diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet.
Permasalahan yang ada pada sektor karet di Indonesia adalah rendahnya mutu karet. Meskipun produksi karet tinggi, namun pengembang belum bisa meningkatkan mutu karet. Rendahnya mutu karet berdampak pada harga karet yang rendah di pasar internasional. Posisi Indonesia sebagai produsen karet di dunia bik dalam volume dan kualitas tetap bisa diraih kembali dengan teknik budidaya dan pengolahannya.
Penyadapan merupakan kegiatan pokok pengusaha tanaman karet yang memiliki tujuan untuk membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Proses penyadapan memiliki aturan tertentu agar hasil produksi tinggi, menguntungkan serta berkesinambungan dengan memperhatikan faktor kesehatan tanaman, dan kebersihan karet agar memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan alat-alat yang bersentuhan dengan pekerjaan pengumpulan lateks. Kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran yang sukar dihilangkan karena dapat menyebabkan terjadinya prokoagulasidan lump.
Prokoagulasi merupakan gumpalan-gumpalan pada cairan getah hasil sadapan. Hal ini yang membuat karet yang diolah bukan menjadi jenis baku dan kualitasnya pun rendah. Pencegahan prakoagulasi dapan dilakukan secara manual, diantaranya dengan cara menjaga kebersihan alat penyadapan, tidak menggunakan air kotor saat mengencerkan lateks, penyadapan dilakukan dipagi hari, dan tidak menyadap pohon karet yang masih muda. Pencegahan lainnya adalah menggunakan zat antikoagulan.
Quality Function Deployment (QFD) merupakan mekanisme untuk menentukan kebutuhan konsumen dan menerjemahkan kebutuhan ke dalam karakteristik teknis, sehingga pengembang dapat mengerti dan melakukan perbaikan untuk mencapai tujuan. QFD membantu manajemen memperoleh keunggulan kompetitif produk atau jasa yang mampu meningkatkan kepuasaan konsumen, mampu menjamin informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen.
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perancangan alat penyadapan.
2. Memperbaiki teknik budidaya dan pengolahan.
3. Melakukan perancangan alat penyadap karet dengan bantuan QFD dan model Kano.
Untuk memenuhi tujuan diatas dengan menggunakan model QFD tim pengembang melakukan penyebaran kuesioner kepada 140 responden, dan terdapat 9 variabel dalam perancangan alat penyadap karet. Kuesioner tahap pertama yang disebarkan merupakan kuesioner terbuka dan diproleh beberapa modus yang menjadi pendukung atribut pertanyaan untuk kuesioner tertutup.
Kategori Kano dibuat berdasarkan tabel fungsional dan disfungsional Data pada tabel-tabel disesuaikan dengan ketentuan rekapitulasi KANO. Saat seluruh variabledinyatakan valid dan reliable. Hasil survey kuesioner model Kano diolah untuk ditentukan kategori setiap atributnya. Jumlah nilai masing-masing Kano dalam tiap atribut dihitung yang kemudian didapatkan kategori kano setiap atribut menggunakan Blauth’s formula. Setelah itu diperoleh jumlah/ nilai kategori kano tiap-tiap atribut keinginan konsumen terhadap responden.
Penentuan customer requirement dihasilkan dari penyebaran kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kategori CR dibagi menjadi attractive, one dimensional, ataupun must be. Penentuan tingkat kepentingan relative atribut ini memberikan presentase pada masing-masing atribut dengan skala prioritas. Dalam penentuan ini didapat dari kuesioner tertutup dengan skala likert. Selanjutnya mengidentifikasi hubungan atribut produk dengan dengan karakteristik teknik. Skor tertinggi menunjukan tingkat termudah bagi tim perancang untuk mengidentifikasi karakteristik teknik yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Besaran pada House of Quality (HOQ) diletakkan pada roof untuk mempermudah memeriksa setiap pasangan karakteristik teknik. Penentuan tingkat kesulitan mempunyai range 1-5 (bobot 1 paling mudah, bobot 5 sangat sulit). Besar nilai derajat kepentingan dengan menghitung total bobot masing-masing hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknik. Dasar perkiraan biaya adalah faktor tingkat kesulitan, semakin sulit karakteristik teknik semakin mahal alokasi biayanya. Namun dapat dilakukan pertimbangan dari perancang. Fase terakhir adalah perancangan detail alat penyadap karet berdasarkan antropometri. Hasil akhirnya merupakan rancangan lengkap dan spesifikasi produk untuk pembuatan.
Pembangunan HOQ pada perancangan alat penyadap karet diketahui kadar besi dan kekuatan kayu menjadi masalah. Kadar besi dan kekuatan kayu menjadi sesuatu yang yang sangat penting terhadap daya tahan dan kualitas alat penyadap.
Perancangan alat penyadapan karet dapat digunakan alternative bahan yang memiliki kualitas yang sama namun tingkat kesulitan murah. Hal itu juga berlaku pada pemilihan kayu untuk gagang alat penyadapan atau bahan untuk mata pisau dari alat penyadapan itu sendiri.
Referensi: ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/8135
0 komentar